Jakarta Transportasi menjadi salah satu sektor yang terdampak cukup signifikan akibat pandemi COVID-19. Operator penerbangan sampai pelayaran kemudian harus menerima kenyataan berkurang drastisnya jumlah penumpang sehingga harus melakukan banyak penyesuaian.
Kendati begitu, sebagai platform yang memindahkan penumpang dari satu titik ke titik lain, para pemain transportasi berpikir keras menjaga pemasukan, sebagai ganti minimnya penumpang. Logistik jadi satu pilihan logis mengingat mereka memiliki armada kosong yang bisa diisi barang-barang kiriman.
Direktur Utama Garuda Indonesia, yang kini memaksimalkan armada kosong untuk kargo. Irfan mencontohkan ketika pelanggan di Jakarta memesan oleh-oleh di Jogjakarta, ia menjamin besok sore sudah sampai depan pintu rumah.
“Dari dulu kami hanya fokus penumpang. Namun sekarang harus berpikir pada bisnis pengiriman barang,” kata Irfan dalam MarkPlus Industry Roundtable sektor transportasi, Jumat (19/6/2020).
Begitu juga, Direktur Utama Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI) Insan P Tobing, mengatakan menyatakan di masa krisis ini penumpang benar-benar menyusut drastis bahkan tidak sampai 10 persen.
Setiap bulan setidaknya Pelni memiliki kemampuan mengangkut sekitar 200 ribu penumpang.
“Kalau dihitung tidak sampai 1 persen. Pada April saja kami hanya angkut 523 penumpang. Mei di masa Lebaran kami angkut 700 saja. Daripada buang cost, armada-armada kapal kami keep di beberapa pelabuhan dengan mode stand by. Kalau diperlukan, kami siap,” ujar Insan.
Maka mau tidak mau di saat sekarang bisnis tersebut harus dimaksimalkan. Sebetulnya Pelni yang sejak 2015 mulai merintis kargo, apalagi setahun kemudian Pelni mulai memiliki kapal angkutan barang.
sumber: https://www.liputan6.com/bisnis/read/4283946/bisnis-kargo-jadi-penyelamat-pengusaha-transportasi-di-tengah-pandemi-covid-19